Senin, 05 Maret 2012

Analisis Unsur Intrinsik dalam Cerpen berjudul "SIH" karya Ajib Purnawan


MAKALAH
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DALAM CERPEN
BERJUDUL “SIH” KARYA AJIB PURNAWAN

Oleh:
Hikmah Oky Pravitasari
KKT A

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Unsur Intrinsik dalam Cerpen Sih Karya Ajib Purnawan” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai dalam mata kuliah keterampilan berbahasa tulis dalam mata kuliah KKT di Universitas Negeri Surabaya.
Pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah sudi meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulis dalam membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
‘Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna yang tak lain karena keterbatasan kemampuan. Untuk itu, koreksi yang membangun akan penulis terima untuk kesempurnaan.
Akhirnya penulis penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.




Surabaya, 28 Januari 2012
                                                                                                         Penulis

Hikmah Oky Pravitasari

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada dasarnya karya sastra terdiri dari tiga macam, yaitu puisi, prosa fiksi, dan drama.  Prosa fiksi disebut juga cerita rekaan. Ada beberapa hal yang perlu dipaparkan berkait dengan pembedaan jenis prosa fiksi, yang secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu cerita pendek (cerpen) dan novel. Menurut Najid cerpen ialah prosa fiksi yang relatif pendek (2009:21). Berbeda dengan novel yang relatif lebih panjang, meskipun demikian sangat mungkin sebuah cerpen bila dilanjutkan akan menjadi sebuah novel. Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah , dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya.
Adapun Novel dan cerpen sebagai karya fiksi mempunyai persamaan, keduanya dibangun oleh unsur-unsur pembangun. Novel dan cerpen dibangun oleh dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Disini kita akan membahas unsur intrinsik dalam cerpen berjudul “SIH” yang bersumber dari Jawa Pos. Unsur intrinsik itu meliputi plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain.
1.2  Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pasti selalu ada dalam setiap penelitian atau kegiatan. Hal ini bertujuan agar pembicaraan yang dilakukan dapat mencapai sasaran. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana Plot/alur dari cerpen berjudul “SIH”?
  2. Bagaimana Tema dari cerpen berjudul “SIH”?
  3. Bagaimana setting dari cerpen berjudul “SIH”?
  4. Bagaimana penokohan dari cerpen berjudul “SIH”?
  5. Bagaimana sudut pandang dari cerpen berjudul “SIH”?
1.3  Tujuan
  1. Mendeskripsikan bagaimana Plot/alur dari cerpen berjudul “SIH”?
  2. Mendeskripsikan bagaimana Tema dari cerpen berjudul “SIH”?
  3. Mendeskripsikan bagaimana setting dari cerpen berjudul “SIH”?
  4. Mendeskripsikan bagaimana penokohan dari cerpen berjudul “SIH”?
  5. Mendeskripsikan bagaimana sudut pandang dari cerpen berjudul “SIH”?
1.4  Manfaat
Hasil makalah diharapkan dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
  1. Manfaat Teorotis
Makalah ini diharapkan memberi sumbangan bagi peminat karya sastra
  1. Manfaat Praktis
Secara praktis makalah ini memberikan manfaat sebagai berikut:
a.       Meningkatkan minat baca peminat sastra
b.      Meningkatkan daya kepekaan terhadap karya sastra
c.       Mendapatkan tambahan informasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Tema
Menariknya sebuah cerita tentunya tidak lepas dari tema. Tema sering disebut sebagai dasar cerita. Tema pada dasarnya adalah permasalahan pokok yang ingin dipecahkan oleh pengarang.  Menurut Aminudin, Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya (2010:91). Sehingga karya fiksi tesebut begitu menarik untuk pembaca.  Dalam cerpen keberadaan tema ada yang tersurat dan tersirat. Tema tersurat yaitu tema yang dinyatakan pengarangnya. Sedangkan tema tersirat yaitu tema yang tersebar di seluruh isi cerita. Tema terbagi menjadi dua jenis, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor yaitu makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu, sedangkan tema minor yaitu makna yang terdapat pada bagian tertentu cerita (Nurgiyantoro, 1994:83)
2.2  Plot (alur)
Alur menurut Najid (2009:25) diartikan jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linier atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu dan bulat dalan suatu prosa fiksi. Aminudin menyebutkan, alur merupakan rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan pelaku cerita (2010:82). Jadi alur merupakan rangkaian sebuah cerita yang terjalin dari awal sampai akhir. Susunan alur terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Didalam cerpen ini, struktur plot itu dapat diuraikan seperti berikut.
a.       Bagian awal, di awal cerita terjadi perkenalan tokoh, latar, penciptaan suasana yang berisi informasi penting yang terkait dengan hal-hal yang diceritakan pada tahapan berikutnya.
b.      Bagian tengah, bagian ini melibatkan adanya konflik yang mulai muncul. Pada bagian ini tokoh, peristiwa, konflik, tema, makna cerita dan yang lain diceritakan. Pada bagian ini konflik terlihat lebih jelas dari sebelumnya
c.       Bagian akhir, bagian akhrir adalah tahap peleraian atau kesesudahan cerita. Berbagai jawaban atas berbagai persoalan yang dimunculkan pada cerita telah terlihat alternatif penyelesaiannya. Adapun akhir cerita bisa menyenangkan (happy ending) maupun menyedihkan (sad ending).
Berdasarkan proses penyusunan alur dapar dibedakan menjadi dua:
a.       Alur lurus, yaitu sebuah cerita yang diceritakan dari awal sampai akhir secara kronologis.
b.      Alur sorot balik (flashback), yaitu suatu cerita yang tidak diceritakan secara berurutan.
2.3  Setting (latar)
Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Najid menyebutkan bahwa penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi disebut latar (2009:209). Latar ini ada tiga macam, yaitu: latar tempat; latar waktu; dan latar sosial.
a.       Latar Tempat yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 1994:226)
Misalnya: Magelang, Bekasi, hutan.
b.      Latar waktu, latar waktu menceritakan hubungan masalah kapan terjadinya peristiwa yang dikerjakan dalam karya fiksi. Pembaca dapat memahami isi cerita dengan mencoba masuk ke dalam suasana cerita.
c.       Latar Sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat pada cerita tersebut. Tata cara perilaku kehidupan masyarakat dalam cerita bisa diungkap dengan cukup kompleks memalui latar sosial.
Misalnya: kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap.
2.4  Penokohan
Suatu peristiwa dalam sebuah cerita selalu didukung oleh sejumlah tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Dengan adanya penokohan sebuah cerita menjadi lebih nyata dan lebih hidup.
“Tokoh cerita (character), menurut Abrams (1981:20) dalam Nurgiyantoro (1994:165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”.
Jadi, yang dimaksud dengan penokohan yakni bagaimana pengarang menampilkan perilaku tokoh-tokohnya berikut wataknya. Berdasarkan karakternya tokoh dibedakan menjadi dua:
a.       Tokoh sederhana (simple, flat character) yaitu tokoh yang kurang mewakili personalitas manusia dan biasanya hanya ditonjolkan dalan satu dimensi saja. Tokoh ini cenderung tidak dikembangkan.
b.      Tokoh kompleks (complex, Round character) yaitu tokoh yang dapat dilihat dari semua sisi kehidupannya. Tokoh seperti ini kemungkinan bisa berkembang karena memiliki kepribadian yang kompleks.
Berdasarkan fungsi penampilan tokohnya dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan antagonis:
a.       Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, kadang kita sebut hero, tokoh yang merupakan pengejawatan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita (altenbernd & alewis, 1996:59) dalam (Nurgiyantoro, 1994: 178). Jadi tokoh protagonis adalah tokoh yang sesuai dengan pandangan kita.
b.      Tokoh antagonis adalah tokoh yang sering memunculkan konflik. Tokoh antagonis dapat disebut, sering beroposisi dengan tokoh protagonis secar langsung maupun tak langsung.
2.5  Sudut Pandang
Keberadaan sudut pandang sangatlah penting dalam sebuah karya sastra, terutama dalam sebuah cerita. Yang dimaksud dengan sudut pandang yaitu kedudukan/posisi pengarang dalam cerita tersebut. Maksudnya apakah, pengarang ikut terlibat langsung dalam cerita iu atau hanya sebagai pengamat yang berdiri di luar cerita. Menurut Aminudin sudut pandang yaitu cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan (2010:91). Jadi seolah-olah pengarang adalah seorang nahkoda kapal yang siap memberangkatkan penumpangnya. Dalam menampilkan cerita, pengarang dapat berposisi berbeda- beda. Beberapa jenis sudut pandang yaitu:
a.       Pencerita sebagai pelaku utama. Contoh ; aku
b.      Pencerita sebagai pelaku tetapi bukan sebagai pelaku utama, dengan kata lain cerita tersebut adalah kisah orang lain tetapi pencerita masih terlibat
c.       Pencerita serba hadir.
d.      Pencerita sebagai peninjau.
BAB III
PEMBAHASAN
Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, latar, alur, penokohan, serta sudut pandang. Kelima unsur yang terdapat dalam cerpen.
3.1 Tema
Pengarang yang sedang menulis cerita pasti akan menuangkan gagasannya. Tanpa gagasan pasti dia tidak bisa menulis cerita. Gagasan yang mendasari cerita yang dibuatnya itulah yang disebut tema dan gagasan seperti ini selalu berupa pokok bahasan.
Tema atau pokok persoalan cerpen “Sih” terbagi menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor
  1. Tema mayor  pada cerpen “Sih” yaitu tentang kepolosan seorang janda bernama Sih. Hal ini dapat dibuktikan pada paragraf.
“Polos, lugu, jujur, namun tumpul, seperti ketika ia membalas kedipan mata To. Tak paham artinya, tak tahu maksud kedatangan To juga. Lalu, ia mendekat dan duduk berhadapan dengan lelaki yang masih basah kuyup itu.”
Kemudian pada paragraf berikutnya ditegaskan kembali
“Seorang sih memang sungguh-sungguh tak mengerti makna dosa, tak tahu arti neraka. Sebab sedari kecil ia senantiasa bekerja, melakukam sesuatu untuk mendapatkan upah, menjual barang akan mendapatkan uang. Orang tua sih juga tak memperkenankan anaknya sekolah, takut menjadi orang yang tak jujur.”
Persoalannya terletak pada Sih yang sangat lugu dan polos dan tidak tahu menahu arti sebuah dosa, sehingga dia rela melakukan apa saja yang diperintahkan asal dia bisa makan dan mendapatkan satu kuintal padi. Diapun tak merasa berdosa karena tak seorangpun mengajarkan kepadanya arti sebuah dosa, bahkanpara tetanggapun tak pernah mendidiknya karena mereka menganggap Sih hanya sebuah kayu bakar, karena pekerjaanya sehari-hari adalah seorang tukang pencari kayu di hutan. Hal ini terletak pada paragraf.
” Para tetangga juga tak mendidiknya. Sih adalah kayu bakar. Jika butuh memasak, barulah mereka ke rumah Sih, sebatas membeli kayu lalu pulang. Begitu pula dengan Sih tak pernah merumpi dengan para ibu. Ia tahu hidup untuk bekerja, hidup tak untuk bicara saja, itu pesan orang tua Sih.”
Sedari kecil Sih dididik oleh orang tuanya hanya untuk bekerja tanpa sekolah sehingga dengan mendapatkan upah dia merasa itu sebuah harga dari jerih payahnya. Dan lelaki yang datang ke rumahnya menawarkan sebuah imbalan satu kuintal beras, tentu bagi Sih itu adalah imbalan yang cukup besar karena dia taidak tahu-menahu arti sebuah dosa.
  1. Tema Minor, yaitu tema sampingan. Tema minor dalam cerpen Sih yaitu kebodohan dan kemiskinan. Hal ini dapat ditunjaukkan pada paragraf kelima.
“Ia memang perempuan yang tak pernah makan bangku sekolah. Kata orang-orang uang kertas dalam kepalanya berakhir diangka sepuluh ribu. Dua puluh rubu? Lima puluh ribu? Seratus ribu?” itupun bukanlah uang hanya kertas yang tidak laku.’ Katanya.”
Hal ini menukjukkan bahwa dia tidak terlalu mementingkan nilai uang akibat ketumpulannya. Hidupnya hanya digunakan untuk bekerja dan bekerja. Kemiskinan juga ditunjukkan dengan kelakuannya dia yang selalu menjual apa saja yang dimilikinya demi kelangsungan hidupnya. Hal ini ada di paragraf kesepuluh yaitu.
“sambil duduk, Sih masih belum paham, kemana emas dan uang. Meski ia sadar semuanya telah menjadi pembungkus tulang ditubuhnya.


3.2 Plot (Alur)
Berdasarkan proses penyusunan alur dapar dibedakan menjadi dua:
a.       Alur lurus, yaitu sebuah cerita yang diceritakan dari awal sampai akhir secara kronologis.
b.      Alur sorot balik (flashback), yaitu suatu cerita yang tidak diceritakan secara berurutan.
Dalam cerpen “Sih” alur yang digunakan yaitu alur lurus. Disini diceritakan kejadian awalnya sih mencari kayu bakar dan bertemu dengan beberapa lelaki di desanya sampai akhirnya terjadilah konflik antara Sih dengan para lelaki desa dan akibat perbuatan lelaki desa terhadap Sih dan penyelesaian masalah ole Kamituwa sesepuh desa.

Strukturnya itu terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Didalam cerpen ini, struktur plot itu dapat diuraikan seperti berikut.
Bagian Awal
Pada bagian awal cerita ini yang terdapat dalam cerpen ini terbagi atas dua bagian, yaitu bagian eksposisi, yang menjelaskan/ memberitahukan informasi yang diperlukan dalam memahami cerita. Dalam hal ini, eksposisi cerita dalam cerpen ini berupa penjelasan tentang keberadaan seorang Sih sebagai seorang pencari kayu bakar.
”  Langkahnya pasti berangkat sebelum subuh ke hutan jati. Rombongan kayu yang dulu ramai, kini tinggal Sih sendiri. Langka-langkah yang biasa didahului kawan pengumpul kayu jati dengan hember tua, gazelle tua, dan vesting keluaran RRT yang mereka naiki. Sih tidak punya karena tak kuasa membeli.”
Bagian tengah
            Pada bagian ini awal mulai muncul konflik terjadi dengan datangnya lelaki desa bernama To yang masuk kerumah sih dengan menawarkan sebuah janji untuk memberi Sih satu kuintal padi jika masa panen tiba dua bulan lagi.
“Satu kuintal padi akan kuantar kerumah ini, musim panen dua bulan lagi,” To berbicara seperti itu sambil menarik tangan Sih dan membawanya ke sebuah bilik ranjang yang disekat dengan anyaman bambu berpintu kain kelambu.
Dan ternyata konflik itu bermula karena To memberitahu teman-temannya tentang Sih, maka para lelaki itupun datang ke rumah Sih dengan menawarkan janji memberi Sih satu kuintal padi. Sampai akhirnya Sih pun hamil dan tak menyadari itu adalah akibat dari perbutan para lelaki desa itu.
Bagian Akhir
Pada bagian ini terjadi penyelesaian masalah oleh pemimpin desa yaitu seorang kamituwa. Beliau mencari keadilan dan pertanggungkawaban dari ketiga lelaki yang telah menghamili sih. Pertanyaan yang diajukan oleh kamituwa kepada ketiga lelaki itu yaitu:
“Apakah kalian bertiga?” suara Kamituwa parau. Hanya To yang mengangguk, Basu menggeleng marah dan membentak Kamituwa, sedangkan man malah menangis.

3.3 Setting (latar)
Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tiga macam, yaitu: latar tempat; latar waktu; dan latar sosial.
Latar Tempat dan waktu
Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar ini dapat berupa daerah, bangunan, kapal, sekolah, kampus, hutan, dan sejenisnya. Latar tempat yang ada dalam cerpen ini jelas disebutkan oleh pengarangnya, seperti di hutan. Latar jenis ini, yang terdapat dalam cerpen ini ada yang bersamaan dengan latar tempat, seperti yang sudah dipaparkan di atas pada latar tempat atau contoh yang lainnya seperti berikut :
“Langkahnya pasti berangkat sebelum subuh ke hutan jati..... Ia pulang ketika matahari menyinari dahi.”
Selain itu disebutkan pula di sebuah rumah Sih dan jelas waktu itu petang hari.
“ ia masih ingat siapa pria di depannya meski hari mulai petang dan lampu bohlam lima watt tak begitu menyala terang..... to pria yang datang diwaktu hujan, adalah orang pertama yang sudi masuk ke rumah Sih. Ia adalah tetangga RT. 
Selain itu disebutkan pula terjadinya musyawarah pada malam hari di rumah kamituwa.
“ Musyawarah pada malam hari ini akan diawali dengan pengakuan Sih” ujar kamituwa di tengah warga kampung. Acara malam itu memang heboh.”
            Latar Sosial
Di dalam latar ini umumnya menggambarkan keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, kebiasaannya, cara hidup, dan bahasa. Di dalam cerpen ini latar sosial digambarkan sebagai berikut :
Dilihat dari nama-nama tokoh sudah jelas bahwasannya semua itu terjadi di sebuah kehidupan di pedesaan. Mata pencarian penduduk di desa itu umumnya adalah pencari kayu bakar, tetapi seiring berkembangnya zaman maka pencari kayu itupun semakin lama semakin sedikit. Di jelaskan pada paragraf.
”  Langkahnya pasti berangkat sebelum subuh ke hutan jati. Rombongan kayu yang dulu ramai, kini tinggal Sih sendiri. Langka-langkah yang biasa didahului kawan pengumpul kayu jati dengan hember tua, gazelle tua, dan vesting keluaran RRT yang mereka naiki. Sih tidak punya karena tak kuasa membeli.”
Selain itu mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani
“Sih keluar rumah, bertanya pada Wo Min yang kebetulan membawa dua sak padi di atas sepedanya. Jawaban yang Sih terima belum baru beberapa sawah. Seminggu lagi panen besar.
Hal ini menjelaskan bahwa masyarakat di desa itu sebagian besar mata pencariannya sebagai petani. Selain itu hal ini terjadi di sebagian besar daerah yang masih jauh dari jangkauan kota dan masyarakatnya masih sangat tradisional karena masih menggunakan kayu bakar untuk memasak.
3.4 Penokohan
Yang dimaksud dengan penokohan yakni bagaimana pengarang menampilkan perilaku tokoh-tokohnya berikut wataknya.
  1. Tokoh Sih
Tokoh Sih disini berperan sebagai tokoh Protagonis yang cenderung sering muncul dan dominan dalam sebuah cerita. Selain itu, tokoh sih disini yaitu tokoh kompleks (complex, Round character) yaitu tokoh yang dapat dilihat dari semua sisi kehidupannya. Dijelaskan jika tokoh Sih itu adalah seorang wanita desa yang sangat lugu, polos, jujur namun tumpul karena dia tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali karena orang tuanya tidak pernah memperkenalkannya dalam dunia pendidikan. Datanya sebagai berikut.
“Polos, lugu, jujur, namun tumpul, seperti ketika ia membalas kedipan mata To. Tak paham artinya, tak tahu maksud kedatangan To juga. Lalu, ia mendekat dan duduk berhadapan dengan lelaki yang masih basah kuyup itu.”
            Selain itu ditegaskan pula pada paragraf berikutnya
“Seorang sih memang sungguh-sungguh tak mengerti makna dosa, tak tahu arti neraka. Sebab sedari kecil ia senantiasa bekerja, melakukam sesuatu untuk mendapatkan upah, menjual barang akan mendapatkan uang. Orang tua sih juga tak memperkenankan anaknya sekolah, takut menjadi orang yang tak jujur.”
            Keluguan dan kepolosannya dapat ditunjukkan dalam kalimat
“ Ia akan memberiku satu kuintal. Dulu suamiku tak memberi apa-apa,” batin Sih suatu siang. Sejak itu berkali-kali To datang ke rumah Sih. Terkadang dua hari sekali, sekali seminggu, asal lingkungan sepi.”
Dijelaskan disini dia tidak mengerti apa-apa tentang arti sebuah dosa. Dia benar-benar seorang yang jujur dan kepolosannya telah membawa dia pada kesengsaraan akibat tipuan para lelaki yang tidak bertanggung jawab karena dia tidak pernah paham tentang etika perselingkuhan, buktinya yaitu:
“Sih tak tahu etika itu. Sih tak tahu cara berbohong. Umpatan yang ia terimah dari istri To ia anggap ocehan burung petet. Namun makian dan tamparan yang datang dari To beberapa saat kemuadian membuatnya linglung. Sih benar-benar tidak paham etika pangkal paha.”
  1. Tokoh To
Tokoh To adalah Tokoh antagonis. Tokoh ini juga sebagai tokoh yang memunculkan awal konflik. Tokoh To adalah tokoh yang tak bertanggung jawab. Karena memberikan janji kepada seorang Janda Sih dengan imbalan satu kuintal padi demi urusan pangkal paha dan demi memuaskan nafsunya saja.
”To berbicara seperti itu sambil menarik tangan Sih, membawanya kesebuah bilik ranjang yang disekat dengan anyaman bambu berpintu kain kelambu. “
Sikap tak bertanggung jawab To bisa ditunjukkan dengan ingkarnya janji terhadap Sih atas satu kuintal padi yang telah dijanjikannya terhadap sih. Hal ini menunjukkan bahwa sikap To tak bertanggung Jawab atas perbuatannya.
  1. Tokoh Kamituwa
Tokoh ini sangat istimewa. Tidak banyak dimunculkan tetapi sangat menentukan keberlangsungan cerita ini. Tokoh ini muncul di akhir cerita sebagai pelerai sebuah masalah karena dia adalah seorang pemimpin desa yang bijaksana dan bertanggung jawab. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kalimat.
“Penuhi janji kalian terhadap sih sekarang juga........ Kamituwa menyuruh semua orang untuk diam. Ia melihat Sih, lalu menyapu tiga wajah laki-laki terhukum dengan mata yang dibuat bijaksana,’ kalian bertiga adalah ayahnya, biayai persalinan Sih.” Aku yang akan membesarkan bayi di perut ini,” tutup kamituwa.
Hal ini menunjukkan bahwa Kamituwa adalah seorang pemimpin yang bijaksana serta bertanggung jawab.
  1. Tokoh Sampingan
Tokoh sampingan yaitu tokoh yang kemunculannya hanyalah minoritas, seperti Man dan basu pria bercucu beranak satu yang mengikuti jejak To. Disini mereka diceritakan hanya sebagian saja tidak menyeluruh. Selain itu pada awal cerita diceritakan pula bahwa anak-anak sih sudah merantau dan si bungsu Wo Imah yang bernasib mujur telah diadopsi oleh seorang yang kaya. Ada pula seorang istri To yang kemunculannya di munculkan di akhir cerita. Disini mereka tidak disebutkan secara lebih jelas karena kemunculannya hanyalah sebagai penjelas tokoh – tokoh sentral saja.
3.5 Sudut Pandang
Dalam cerpen “Sih” Pencerita mengisahkan cerita yang mepergunakan sudut pandang pesona ketiga. Pencerita memakai nama orang lain atau “dia”. Menurut Nurgiyantoro narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh- tokoh cerita yang menyebut nama atau kata gantinya (1994:256). Dalam paragraf pertama pencerita sudah memperkenalkan Tokoh utama yaitu Sih.
“Setumpuk bibir mneyunggingkan senyum. Sih puas dengan jerih payahnya setiap pagi. Ia hanya tidak puas pada derita jiwa yang masih dikekang raga.”














BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cerpen yang berjuduk “Sih” karya Ajib Purnawan ini memang sebuah sastra (cerpen) yang menarik dan baik. Hal ini dapat dilihat dari unsur-unsur intrinsik dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran. Adapun hasil analisisnya sebagai berikut.
Unsur-unsur Intrinsik
  1. Tema
Tema cerpen ada dua yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor pada cerpen ini yaitu ini adalah kepolosan seorang janda yang bernama Sih. Sedangkan tema minornya yaitu tema tentang kemiskinan dan kebodohan.
  1. Plot (alur)
Alur dalam cerita ini adalah alur lurus yaitu sebuah cerita yang diceritakan dari awal sampai akhir secara kronologis
  1. Setting (latar)
Latar tempat dan waktu dalam cerpen ini disebutkandi hutan menjelang subuh sampai menjelang siang, di rumah pada siang hari dan di rumah kamituwa pada malam hari.
  1. Penokohan
Tokoh kompleks dalam cerpen ini ada tiga orang. Mereka adalah Sih, To dan Kamituwa
1)      Tokoh Sih adalah seorang yang lugu, jujur, polos namun tumpul dan tidak tahu arti sebuah dosa.
2)      Tokoh To berwatak keras dan tak bertanggung jawab
3)      Tokoh Kamituwa adalah tokoh yang bijaksana dan bertanggung jawab
  1. Sudut Pandang
Pengarang atau pencerita menggunakan sudut pandang orang ketiga. Pengarang menggunakan nama orang lain sebagai tokoh utama.
.           Berdasarkan uraian di atas, maka cerpen  Sih adalah cerpen yang menarik karena pengarang menceritakan kehidupan sosial yang sering terjadi dalam masyarakat pada umumnya. Selain itu konflik psikologis yang dimunculkan umumnya terjadi dalam realitas kehidupan di pedesaan yang secara ekonomi masih sangat sulit dan tidak semudah menggerakkan roda perekonomian yang sering terjadi di kota – kota besar.









DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Najid, M. 2009. Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajdah MadaUniversity Press



           
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar