MAKALAH
ANALISIS UNSUR
INTRINSIK DALAM CERPEN
BERJUDUL “SIH”
KARYA AJIB PURNAWAN
Oleh:
Hikmah Oky
Pravitasari
KKT A
JURUSAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Unsur Intrinsik dalam Cerpen Sih Karya Ajib Purnawan” dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh nilai dalam mata kuliah keterampilan berbahasa tulis dalam mata
kuliah KKT di Universitas Negeri Surabaya.
Pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terimah
kasih kepada semua pihak yang telah sudi meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
dalam membantu penulis dalam membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
‘Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih
jauh dari sempurna yang tak lain karena keterbatasan kemampuan. Untuk itu,
koreksi yang membangun akan penulis terima untuk kesempurnaan.
Akhirnya penulis penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surabaya, 28 Januari 2012
Penulis
Hikmah Oky Pravitasari
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada dasarnya karya sastra
terdiri dari tiga macam, yaitu puisi, prosa fiksi, dan drama. Prosa fiksi disebut juga cerita rekaan. Ada
beberapa hal yang perlu dipaparkan berkait dengan pembedaan jenis prosa fiksi,
yang secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu cerita pendek (cerpen) dan
novel. Menurut Najid cerpen ialah prosa fiksi yang relatif pendek (2009:21).
Berbeda dengan novel yang relatif lebih panjang, meskipun demikian sangat
mungkin sebuah cerpen bila dilanjutkan akan menjadi sebuah novel. Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata
dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan
pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan
pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang
universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup
dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan,
percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya.
Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang
yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat
dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu
ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan
pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika
itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah , dan
mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya.
Adapun Novel dan cerpen sebagai karya fiksi
mempunyai persamaan, keduanya dibangun oleh unsur-unsur pembangun. Novel dan
cerpen dibangun oleh dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Disini kita akan membahas unsur intrinsik dalam cerpen berjudul “SIH” yang
bersumber dari Jawa Pos. Unsur intrinsik itu meliputi plot, tema, tokoh, latar,
sudut pandang, dan lain-lain.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pasti selalu ada dalam setiap penelitian
atau kegiatan. Hal ini bertujuan agar pembicaraan yang dilakukan dapat mencapai
sasaran. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
- Bagaimana Plot/alur dari cerpen berjudul “SIH”?
- Bagaimana Tema dari cerpen berjudul “SIH”?
- Bagaimana setting dari cerpen berjudul “SIH”?
- Bagaimana penokohan dari cerpen berjudul “SIH”?
- Bagaimana sudut pandang dari cerpen berjudul “SIH”?
1.3
Tujuan
- Mendeskripsikan bagaimana Plot/alur dari cerpen berjudul “SIH”?
- Mendeskripsikan bagaimana Tema dari cerpen berjudul “SIH”?
- Mendeskripsikan bagaimana setting dari cerpen berjudul “SIH”?
- Mendeskripsikan bagaimana penokohan dari cerpen berjudul “SIH”?
- Mendeskripsikan bagaimana sudut pandang dari cerpen berjudul “SIH”?
1.4
Manfaat
Hasil makalah diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
orang yang membacanya.
- Manfaat Teorotis
Makalah
ini diharapkan memberi sumbangan bagi peminat karya sastra
- Manfaat Praktis
Secara
praktis makalah ini memberikan manfaat sebagai berikut:
a.
Meningkatkan minat
baca peminat sastra
b.
Meningkatkan daya
kepekaan terhadap karya sastra
c.
Mendapatkan
tambahan informasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tema
Menariknya sebuah
cerita tentunya tidak lepas dari tema. Tema sering disebut sebagai dasar
cerita. Tema pada dasarnya adalah permasalahan pokok yang ingin dipecahkan oleh
pengarang. Menurut Aminudin, Tema adalah
ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak
pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya (2010:91). Sehingga
karya fiksi tesebut begitu menarik untuk pembaca. Dalam cerpen keberadaan tema ada yang tersurat
dan tersirat. Tema tersurat yaitu tema yang dinyatakan pengarangnya. Sedangkan
tema tersirat yaitu tema yang tersebar di seluruh isi cerita. Tema terbagi
menjadi dua jenis, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor yaitu makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan
dasar umum karya itu, sedangkan tema minor
yaitu makna yang terdapat pada bagian tertentu cerita (Nurgiyantoro, 1994:83)
2.2
Plot (alur)
Alur menurut Najid (2009:25) diartikan
jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linier atau lurus maupun
secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu dan bulat
dalan suatu prosa fiksi. Aminudin menyebutkan, alur merupakan rangkaian cerita
yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita
yang dihadirkan pelaku cerita (2010:82). Jadi alur merupakan rangkaian sebuah
cerita yang terjalin dari awal sampai akhir. Susunan alur terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Didalam cerpen ini,
struktur plot itu dapat diuraikan seperti berikut.
a.
Bagian awal, di awal cerita
terjadi perkenalan tokoh, latar, penciptaan suasana yang berisi informasi
penting yang terkait dengan hal-hal yang diceritakan pada tahapan berikutnya.
b.
Bagian tengah, bagian ini
melibatkan adanya konflik yang mulai muncul. Pada bagian ini tokoh, peristiwa,
konflik, tema, makna cerita dan yang lain diceritakan. Pada bagian ini konflik
terlihat lebih jelas dari sebelumnya
c.
Bagian akhir, bagian akhrir
adalah tahap peleraian atau kesesudahan cerita. Berbagai jawaban atas berbagai
persoalan yang dimunculkan pada cerita telah terlihat alternatif
penyelesaiannya. Adapun akhir cerita bisa menyenangkan (happy ending) maupun
menyedihkan (sad ending).
Berdasarkan proses penyusunan alur dapar dibedakan menjadi dua:
a.
Alur lurus, yaitu sebuah cerita
yang diceritakan dari awal sampai akhir secara kronologis.
b.
Alur sorot balik (flashback),
yaitu suatu cerita yang tidak diceritakan secara berurutan.
2.3 Setting (latar)
Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala
keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana
terjadinya suatu peristiwa. Najid menyebutkan bahwa penempatan waktu dan tempat
beserta lingkungannya dalam prosa fiksi disebut latar (2009:209). Latar ini ada
tiga macam, yaitu: latar tempat; latar waktu; dan latar sosial.
a.
Latar Tempat yaitu lokasi
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro,
1994:226)
Misalnya: Magelang, Bekasi, hutan.
b.
Latar waktu, latar waktu
menceritakan hubungan masalah kapan terjadinya peristiwa yang dikerjakan dalam
karya fiksi. Pembaca dapat memahami isi cerita dengan mencoba masuk ke dalam
suasana cerita.
c.
Latar Sosial menyarankan pada
hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu
tempat pada cerita tersebut. Tata cara perilaku kehidupan masyarakat dalam
cerita bisa diungkap dengan cukup kompleks memalui latar sosial.
Misalnya: kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan pandangan
hidup, cara berpikir dan bersikap.
2.4 Penokohan
Suatu peristiwa dalam sebuah cerita selalu didukung
oleh sejumlah tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Dengan adanya penokohan sebuah
cerita menjadi lebih nyata dan lebih hidup.
“Tokoh cerita (character), menurut Abrams (1981:20) dalam Nurgiyantoro
(1994:165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau
drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan”.
Jadi, yang dimaksud dengan penokohan yakni bagaimana pengarang menampilkan
perilaku tokoh-tokohnya berikut wataknya. Berdasarkan karakternya tokoh
dibedakan menjadi dua:
a.
Tokoh sederhana (simple, flat
character) yaitu tokoh yang kurang mewakili personalitas manusia dan biasanya
hanya ditonjolkan dalan satu dimensi saja. Tokoh ini cenderung tidak
dikembangkan.
b.
Tokoh kompleks (complex, Round
character) yaitu tokoh yang dapat dilihat dari semua sisi kehidupannya. Tokoh
seperti ini kemungkinan bisa berkembang karena memiliki kepribadian yang
kompleks.
Berdasarkan fungsi penampilan tokohnya dapat dibedakan ke dalam tokoh
protagonis dan antagonis:
a.
Tokoh protagonis adalah tokoh
yang kita kagumi, kadang kita sebut hero, tokoh yang merupakan pengejawatan
norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita (altenbernd & alewis,
1996:59) dalam (Nurgiyantoro, 1994: 178). Jadi tokoh protagonis adalah tokoh
yang sesuai dengan pandangan kita.
b.
Tokoh antagonis adalah tokoh yang
sering memunculkan konflik. Tokoh antagonis dapat disebut, sering beroposisi
dengan tokoh protagonis secar langsung maupun tak langsung.
2.5 Sudut Pandang
Keberadaan sudut pandang sangatlah penting dalam
sebuah karya sastra, terutama dalam sebuah cerita. Yang dimaksud dengan sudut
pandang yaitu kedudukan/posisi pengarang dalam cerita tersebut. Maksudnya
apakah, pengarang ikut terlibat langsung dalam cerita iu atau hanya sebagai
pengamat yang berdiri di luar cerita. Menurut Aminudin sudut pandang yaitu cara
pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan (2010:91). Jadi
seolah-olah pengarang adalah seorang nahkoda kapal yang siap memberangkatkan
penumpangnya. Dalam menampilkan cerita, pengarang dapat berposisi berbeda-
beda. Beberapa jenis sudut pandang yaitu:
a.
Pencerita sebagai pelaku utama.
Contoh ; aku
b.
Pencerita sebagai pelaku tetapi
bukan sebagai pelaku utama, dengan kata lain cerita tersebut adalah kisah orang
lain tetapi pencerita masih terlibat
c.
Pencerita serba hadir.
d.
Pencerita sebagai peninjau.
BAB III
PEMBAHASAN
Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra.
Unsur ini berupa tema, latar, alur, penokohan, serta sudut pandang. Kelima
unsur yang terdapat dalam cerpen.
3.1 Tema
Pengarang yang sedang menulis cerita pasti akan
menuangkan gagasannya. Tanpa gagasan pasti dia tidak bisa menulis cerita.
Gagasan yang mendasari cerita yang dibuatnya itulah yang disebut tema dan
gagasan seperti ini selalu berupa pokok bahasan.
Tema atau pokok persoalan cerpen “Sih” terbagi menjadi dua yaitu tema mayor
dan tema minor
- Tema mayor pada cerpen “Sih” yaitu tentang kepolosan seorang janda bernama Sih. Hal ini dapat dibuktikan pada paragraf.
“Polos, lugu,
jujur, namun tumpul, seperti ketika ia membalas kedipan mata To. Tak paham
artinya, tak tahu maksud kedatangan To juga. Lalu, ia mendekat dan duduk
berhadapan dengan lelaki yang masih basah kuyup itu.”
Kemudian pada paragraf berikutnya ditegaskan kembali
“Seorang sih
memang sungguh-sungguh tak mengerti makna dosa, tak tahu arti neraka. Sebab
sedari kecil ia senantiasa bekerja, melakukam sesuatu untuk mendapatkan upah,
menjual barang akan mendapatkan uang. Orang tua sih juga tak memperkenankan
anaknya sekolah, takut menjadi orang yang tak jujur.”
Persoalannya terletak pada Sih yang sangat lugu dan
polos dan tidak tahu menahu arti sebuah dosa, sehingga dia rela melakukan apa
saja yang diperintahkan asal dia bisa makan dan mendapatkan satu kuintal padi.
Diapun tak merasa berdosa karena tak seorangpun mengajarkan kepadanya arti
sebuah dosa, bahkanpara tetanggapun tak pernah mendidiknya karena mereka
menganggap Sih hanya sebuah kayu bakar, karena pekerjaanya sehari-hari adalah
seorang tukang pencari kayu di hutan. Hal ini terletak pada paragraf.
” Para tetangga
juga tak mendidiknya. Sih adalah kayu bakar. Jika butuh memasak, barulah mereka
ke rumah Sih, sebatas membeli kayu lalu pulang. Begitu pula dengan Sih tak
pernah merumpi dengan para ibu. Ia tahu hidup untuk bekerja, hidup tak untuk
bicara saja, itu pesan orang tua Sih.”
Sedari kecil Sih dididik oleh orang tuanya hanya untuk bekerja tanpa
sekolah sehingga dengan mendapatkan upah dia merasa itu sebuah harga dari jerih
payahnya. Dan lelaki yang datang ke rumahnya menawarkan sebuah imbalan satu
kuintal beras, tentu bagi Sih itu adalah imbalan yang cukup besar karena dia
taidak tahu-menahu arti sebuah dosa.
- Tema Minor, yaitu tema sampingan. Tema minor dalam cerpen Sih yaitu kebodohan dan kemiskinan. Hal ini dapat ditunjaukkan pada paragraf kelima.
“Ia memang
perempuan yang tak pernah makan bangku sekolah. Kata orang-orang uang kertas
dalam kepalanya berakhir diangka sepuluh ribu. Dua puluh rubu? Lima puluh ribu?
Seratus ribu?” itupun bukanlah uang hanya kertas yang tidak laku.’ Katanya.”
Hal ini menukjukkan bahwa dia tidak terlalu
mementingkan nilai uang akibat ketumpulannya. Hidupnya hanya digunakan untuk
bekerja dan bekerja. Kemiskinan juga ditunjukkan dengan kelakuannya dia yang
selalu menjual apa saja yang dimilikinya demi kelangsungan hidupnya. Hal ini
ada di paragraf kesepuluh yaitu.
“sambil duduk,
Sih masih belum paham, kemana emas dan uang. Meski ia sadar semuanya telah
menjadi pembungkus tulang ditubuhnya.
3.2 Plot (Alur)
Berdasarkan proses penyusunan alur dapar dibedakan menjadi dua:
a.
Alur lurus, yaitu sebuah cerita
yang diceritakan dari awal sampai akhir secara kronologis.
b.
Alur sorot balik (flashback),
yaitu suatu cerita yang tidak diceritakan secara berurutan.
Dalam cerpen “Sih” alur yang digunakan yaitu alur
lurus. Disini diceritakan kejadian awalnya sih mencari kayu bakar dan bertemu
dengan beberapa lelaki di desanya sampai akhirnya terjadilah konflik antara Sih
dengan para lelaki desa dan akibat perbuatan lelaki desa terhadap Sih dan
penyelesaian masalah ole Kamituwa sesepuh desa.
Strukturnya itu
terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir.
Didalam cerpen ini, struktur plot itu dapat diuraikan seperti berikut.
Bagian Awal
Pada bagian awal cerita ini yang terdapat dalam
cerpen ini terbagi atas dua bagian, yaitu bagian eksposisi, yang menjelaskan/
memberitahukan informasi yang diperlukan dalam memahami cerita. Dalam hal ini,
eksposisi cerita dalam cerpen ini berupa penjelasan tentang keberadaan seorang Sih
sebagai seorang pencari kayu bakar.
” Langkahnya pasti berangkat sebelum subuh ke
hutan jati. Rombongan kayu yang dulu ramai, kini tinggal Sih sendiri.
Langka-langkah yang biasa didahului kawan pengumpul kayu jati dengan hember
tua, gazelle tua, dan vesting keluaran RRT yang mereka naiki. Sih tidak punya
karena tak kuasa membeli.”
Bagian tengah
Pada bagian ini awal mulai
muncul konflik terjadi dengan datangnya lelaki desa bernama To yang masuk
kerumah sih dengan menawarkan sebuah janji untuk memberi Sih satu kuintal padi
jika masa panen tiba dua bulan lagi.
“Satu kuintal
padi akan kuantar kerumah ini, musim panen dua bulan lagi,” To berbicara
seperti itu sambil menarik tangan Sih dan membawanya ke sebuah bilik ranjang
yang disekat dengan anyaman bambu berpintu kain kelambu.
Dan ternyata konflik itu bermula karena To memberitahu teman-temannya
tentang Sih, maka para lelaki itupun datang ke rumah Sih dengan menawarkan
janji memberi Sih satu kuintal padi. Sampai akhirnya Sih pun hamil dan tak
menyadari itu adalah akibat dari perbutan para lelaki desa itu.
Bagian Akhir
Pada bagian ini terjadi penyelesaian masalah oleh pemimpin desa yaitu
seorang kamituwa. Beliau mencari keadilan dan pertanggungkawaban dari ketiga
lelaki yang telah menghamili sih. Pertanyaan yang diajukan oleh kamituwa kepada
ketiga lelaki itu yaitu:
“Apakah kalian bertiga?” suara Kamituwa parau. Hanya To yang mengangguk,
Basu menggeleng marah dan membentak Kamituwa, sedangkan man malah menangis.
3.3 Setting (latar)
Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala
keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana
terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tiga macam, yaitu: latar tempat;
latar waktu; dan latar sosial.
Latar Tempat
dan waktu
Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar
ini dapat berupa daerah, bangunan, kapal, sekolah, kampus, hutan, dan
sejenisnya. Latar tempat yang ada dalam cerpen ini jelas disebutkan oleh pengarangnya,
seperti di hutan. Latar jenis ini, yang terdapat dalam cerpen ini ada yang
bersamaan dengan latar tempat, seperti yang sudah dipaparkan di atas pada latar
tempat atau contoh yang lainnya seperti berikut :
“Langkahnya
pasti berangkat sebelum subuh ke hutan jati..... Ia pulang ketika matahari
menyinari dahi.”
Selain itu disebutkan pula di sebuah rumah Sih dan jelas waktu itu petang
hari.
“ ia masih
ingat siapa pria di depannya meski hari mulai petang dan lampu bohlam lima watt
tak begitu menyala terang..... to pria yang datang diwaktu hujan, adalah orang
pertama yang sudi masuk ke rumah Sih. Ia adalah tetangga RT.
Selain itu disebutkan pula terjadinya musyawarah pada malam hari di rumah
kamituwa.
“ Musyawarah
pada malam hari ini akan diawali dengan pengakuan Sih” ujar kamituwa di tengah
warga kampung. Acara malam itu memang heboh.”
Latar Sosial
Di dalam latar ini umumnya menggambarkan keadaan masyarakat,
kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, kebiasaannya, cara hidup, dan bahasa. Di
dalam cerpen ini latar sosial digambarkan sebagai berikut :
Dilihat dari nama-nama tokoh sudah jelas
bahwasannya semua itu terjadi di sebuah kehidupan di pedesaan. Mata pencarian
penduduk di desa itu umumnya adalah pencari kayu bakar, tetapi seiring
berkembangnya zaman maka pencari kayu itupun semakin lama semakin sedikit. Di
jelaskan pada paragraf.
” Langkahnya pasti berangkat sebelum subuh ke
hutan jati. Rombongan kayu yang dulu ramai, kini tinggal Sih sendiri.
Langka-langkah yang biasa didahului kawan pengumpul kayu jati dengan hember
tua, gazelle tua, dan vesting keluaran RRT yang mereka naiki. Sih tidak punya
karena tak kuasa membeli.”
Selain itu mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani
“Sih keluar
rumah, bertanya pada Wo Min yang kebetulan membawa dua sak padi di atas
sepedanya. Jawaban yang Sih terima belum baru beberapa sawah. Seminggu lagi
panen besar.
Hal ini menjelaskan bahwa masyarakat di desa itu
sebagian besar mata pencariannya sebagai petani. Selain itu hal ini terjadi di
sebagian besar daerah yang masih jauh dari jangkauan kota dan masyarakatnya
masih sangat tradisional karena masih menggunakan kayu bakar untuk memasak.
3.4 Penokohan
Yang dimaksud dengan penokohan yakni bagaimana
pengarang menampilkan perilaku tokoh-tokohnya berikut wataknya.
- Tokoh Sih
Tokoh Sih disini berperan sebagai tokoh Protagonis
yang cenderung sering muncul dan dominan dalam sebuah cerita. Selain itu, tokoh
sih disini yaitu tokoh kompleks (complex, Round character) yaitu tokoh yang
dapat dilihat dari semua sisi kehidupannya. Dijelaskan jika tokoh Sih itu adalah
seorang wanita desa yang sangat lugu, polos, jujur namun tumpul karena dia
tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali karena orang tuanya tidak pernah
memperkenalkannya dalam dunia pendidikan. Datanya sebagai berikut.
“Polos, lugu,
jujur, namun tumpul, seperti ketika ia membalas kedipan mata To. Tak paham
artinya, tak tahu maksud kedatangan To juga. Lalu, ia mendekat dan duduk
berhadapan dengan lelaki yang masih basah kuyup itu.”
Selain itu ditegaskan pula
pada paragraf berikutnya
“Seorang sih
memang sungguh-sungguh tak mengerti makna dosa, tak tahu arti neraka. Sebab
sedari kecil ia senantiasa bekerja, melakukam sesuatu untuk mendapatkan upah,
menjual barang akan mendapatkan uang. Orang tua sih juga tak memperkenankan
anaknya sekolah, takut menjadi orang yang tak jujur.”
Keluguan dan kepolosannya
dapat ditunjukkan dalam kalimat
“ Ia akan
memberiku satu kuintal. Dulu suamiku tak memberi apa-apa,” batin Sih suatu
siang. Sejak itu berkali-kali To datang ke rumah Sih. Terkadang dua hari
sekali, sekali seminggu, asal lingkungan sepi.”
Dijelaskan disini dia tidak mengerti apa-apa tentang arti sebuah dosa. Dia
benar-benar seorang yang jujur dan kepolosannya telah membawa dia pada
kesengsaraan akibat tipuan para lelaki yang tidak bertanggung jawab karena dia
tidak pernah paham tentang etika perselingkuhan, buktinya yaitu:
“Sih tak tahu
etika itu. Sih tak tahu cara berbohong. Umpatan yang ia terimah dari istri To
ia anggap ocehan burung petet. Namun makian dan tamparan yang datang dari To
beberapa saat kemuadian membuatnya linglung. Sih benar-benar tidak paham etika
pangkal paha.”
- Tokoh To
Tokoh To adalah Tokoh antagonis. Tokoh ini juga
sebagai tokoh yang memunculkan awal konflik. Tokoh To adalah tokoh yang tak
bertanggung jawab. Karena memberikan janji kepada seorang Janda Sih dengan
imbalan satu kuintal padi demi urusan pangkal paha dan demi memuaskan nafsunya
saja.
”To berbicara
seperti itu sambil menarik tangan Sih, membawanya kesebuah bilik ranjang yang
disekat dengan anyaman bambu berpintu kain kelambu. “
Sikap tak bertanggung jawab To bisa ditunjukkan
dengan ingkarnya janji terhadap Sih atas satu kuintal padi yang telah
dijanjikannya terhadap sih. Hal ini menunjukkan bahwa sikap To tak bertanggung
Jawab atas perbuatannya.
- Tokoh Kamituwa
Tokoh ini sangat istimewa. Tidak banyak dimunculkan
tetapi sangat menentukan keberlangsungan cerita ini. Tokoh ini muncul di akhir
cerita sebagai pelerai sebuah masalah karena dia adalah seorang pemimpin desa
yang bijaksana dan bertanggung jawab. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kalimat.
“Penuhi janji
kalian terhadap sih sekarang juga........ Kamituwa menyuruh semua orang untuk
diam. Ia melihat Sih, lalu menyapu tiga wajah laki-laki terhukum dengan mata
yang dibuat bijaksana,’ kalian bertiga adalah ayahnya, biayai persalinan Sih.”
Aku yang akan membesarkan bayi di perut ini,” tutup kamituwa.
Hal ini menunjukkan bahwa Kamituwa adalah seorang
pemimpin yang bijaksana serta bertanggung jawab.
- Tokoh Sampingan
Tokoh sampingan yaitu tokoh yang kemunculannya
hanyalah minoritas, seperti Man dan basu pria bercucu beranak satu yang
mengikuti jejak To. Disini mereka diceritakan hanya sebagian saja tidak
menyeluruh. Selain itu pada awal cerita diceritakan pula bahwa anak-anak sih
sudah merantau dan si bungsu Wo Imah yang bernasib mujur telah diadopsi oleh
seorang yang kaya. Ada pula seorang istri To yang kemunculannya di munculkan di
akhir cerita. Disini mereka tidak disebutkan secara lebih jelas karena
kemunculannya hanyalah sebagai penjelas tokoh – tokoh sentral saja.
3.5 Sudut Pandang
Dalam cerpen “Sih” Pencerita mengisahkan cerita
yang mepergunakan sudut pandang pesona ketiga. Pencerita memakai nama orang
lain atau “dia”. Menurut Nurgiyantoro narator adalah seorang yang berada di
luar cerita yang menampilkan tokoh- tokoh cerita yang menyebut nama atau kata
gantinya (1994:256). Dalam paragraf pertama pencerita sudah memperkenalkan
Tokoh utama yaitu Sih.
“Setumpuk bibir mneyunggingkan senyum. Sih puas dengan jerih payahnya
setiap pagi. Ia hanya tidak puas pada derita jiwa yang masih dikekang raga.”
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cerpen yang berjuduk “Sih” karya Ajib Purnawan ini
memang sebuah sastra (cerpen) yang menarik dan baik. Hal ini dapat dilihat dari
unsur-unsur intrinsik dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran. Adapun
hasil analisisnya sebagai berikut.
Unsur-unsur Intrinsik
- Tema
Tema cerpen ada dua yaitu tema mayor dan tema
minor. Tema mayor pada cerpen ini yaitu ini adalah kepolosan seorang janda yang
bernama Sih. Sedangkan tema minornya yaitu tema tentang kemiskinan dan
kebodohan.
- Plot (alur)
Alur dalam cerita ini adalah alur lurus yaitu
sebuah cerita yang diceritakan dari awal sampai akhir secara kronologis
- Setting (latar)
Latar tempat dan waktu dalam cerpen ini
disebutkandi hutan menjelang subuh sampai menjelang siang, di rumah pada siang
hari dan di rumah kamituwa pada malam hari.
- Penokohan
Tokoh kompleks dalam cerpen ini ada tiga orang. Mereka adalah Sih, To dan
Kamituwa
1)
Tokoh Sih adalah seorang yang lugu, jujur, polos namun tumpul dan tidak
tahu arti sebuah dosa.
2)
Tokoh To berwatak keras dan tak
bertanggung jawab
3)
Tokoh Kamituwa adalah tokoh yang
bijaksana dan bertanggung jawab
- Sudut Pandang
Pengarang atau pencerita menggunakan sudut pandang orang ketiga. Pengarang
menggunakan nama orang lain sebagai tokoh utama.
. Berdasarkan uraian di
atas, maka cerpen Sih adalah cerpen yang menarik karena pengarang
menceritakan kehidupan sosial yang sering terjadi dalam masyarakat pada
umumnya. Selain itu konflik psikologis yang dimunculkan umumnya terjadi dalam
realitas kehidupan di pedesaan yang secara ekonomi masih sangat sulit dan tidak
semudah menggerakkan roda perekonomian yang sering terjadi di kota – kota
besar.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi
Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Najid, M. 2009. Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajdah MadaUniversity Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar